IPS

Pertanyaan

jelaskan perlawanan rakyat jawa terhadap belanda

1 Jawaban

  • Setelah tentara Belanda membantai 10.000 orang Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta), beberapa ribu orang pasukan Tionghoa dari Batavia yang selamat yang dipimpin oleh Khe Pandjang pergi ke Semarang. Meskipun telah diperingati bahwa pemberontakan akan segera meletus, kepala militer Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Bartholomeus Visscher mengabaikan nasihat yang masuk dan tidak menyiapkan bala bantuan. Seiring perkembangan situasi, keraton Pakubuwono II, Sunan Mataram, memilih untuk sementara waktu mendukung orang Tionghoa sambil berpura-pura membantu Belanda.

    Setelah korban pertama berjatuhan pada 1 Februari 1741 di Pati, para pemberontak Tionghoa menyebar ke seluruh Jawa tengah. Orang Jawa turut membantu orang Tionghoa sementara berpura-pura bertempur melawan mereka agar orang Belanda mengira didukung orang Jawa. Tipuan menjadi semakin jelas dan tentara Tionghoa terus mendekati Semarang, Visscher menjadi tidak stabil secara mental.

    Setelah merebut Rembang, Tanjung, dan Jepara, tentara gabungan mengepung Semarang pada Juni 1741. Visscher kemudian memerintahkan untuk menghabisi semua orang Tionghoa di Jawa. Pangeran Cakraningrat IV dari Madura menawarkan bantuan, dan dari Madura ke arah barat ia membantai semua orang Tionghoa yang dapat ditemui dan memadamkan pemberontakan di Jawa timur.

    Pada akhir tahun 1741, pengepungan Semarang berhasil dipatahkan setelah tentara Pakubuwono II melarikan diri karena tentara Belanda, dengan bala bantuan mereka, memiliki senjata api yang lebih unggul. Kampanye militer Belanda selama tahun 1742 memaksa Pakubuwono II untuk menyerah dan beralih keberpihakan; namun beberapa pangeran Jawa ingin meneruskan perang, sehingga pada 6 April Pakubuwono II tidak diakui oleh para pemberontak dan keponakannya, Raden Mas Garendi, dipilih sebagai penggantinya.

    Begitu Belanda berhasil merebut kembali semua kota di pantai utara Jawa, para pemberontak menyerang ibu kota Pakubuwono II di Kartosuro, sehingga dia terpaksa melarikan diri bersama keluarganya. Cakraningrat IV merebut kembali kota tersebut pada Desember 1742, dan pada awal 1743 pemberontak Tionghoa terakhir telah menyerah. Setelah perang ini berakhir, Belanda semakin menancapkan kekuasaan yang lebih besar di Jawa melalui perjanjian dengan Pakubuwono II.

Pertanyaan Lainnya